Kamis, 14 Juli 2011

Ikan Terbang (Flyingfish)





Pendahuluan
Salah satu sumberdaya perikanan yang dimiliki Indonesia adalah ikan terbang. Ikan terbang merupakan ikan pelagis, hidup di perairan terbuka, dan dalam migrasi tahunannya ikan terbang hanya melepaskan telurnya di daerah-daerah tertentu (Oxenford, 1994). Sumberdaya ini merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources), artinya jika sumberdaya ikan terbang dimanfaatkan sebagian, sisa ikan yang tertinggal mempunyai kemampuan untuk memperbaharui dirinya dengan berkembang biak.  Di Sulawesi Selatan, ikan terbang bersama telurnya telah lama dikenal dan diusahakan, terutama di perairan Selat Makassar bagian selatan dan Laut Flores.  Walaupun ikan terbang termasuk ikan yang kurang komersial, namun harga telurnya cukup mahal dan merupakan komoditas ekspor.
Kondisi ini sebenarnya kurang menguntungkan ditinjau dari kelestarian sumberdaya karena tekanan penangkapan terhadap populasi ikan ini makin kuat dan berakibat struktur populasi ikan mempunyai kemampuan memulihkan diri sangat rendah atau lambat.
Klasifikasi
Ikan terbang termasuk famili Exocoetidae yang terdiri dari genera Cheilopogon, Cypselurus, Exocoetus, Hirundichthys, Parexocoetus, dan Prognichthys dengan 50 – 60 spesies.  Hampir setengah dari spesies ini masuk ke dalam genus Cheilopogon (Dasilao et al., 1996; Parin, 1999).  sedangkan di perairan Indonesia kebanyakan berasal dari genus Cypselurus (Nontji, 2005).  Klasifikasi ikan terbang (Cheilopogon sp. dan Cypselurus sp.) secara lengkap adalah (Parin, 1999; Nelson, 2006; Standard Names of Australian Fishes, 2006):

Kingdom              Animalia -- animals
  Phylum               Chordata -- cordates
    Subphylum         Vertebrata -- vertebrates     
      Superclass            Osteichthyes  -- bony fishes    
        Class                        Actinopterygii  -- ray-finned fishes     
          Subclass                     Neopterygii  -- neopterygians
                 Infraclass               Teleostei 
                   Superordo            Belonoidei 
                     Ordo                          Beloniformes  -- needlefishes
                       Subordo                   Belonoidei 
                         Superfamily             Exocoetoidea 
                                Family                      Exocoetidae  -- flyingfishes
                                  Genus                       Cheilopogon
                                                                      Cypselurus

Karakter ikan terbang yaitu bentuk tubuh memanjang, silindris, beberapa spesies mempunyai bagian perut yang datar, kepala pendek, dan mulut kecil.  Gurat sisi (lateral line) berada tepat menyentuh dasar sirip perut yang berfungsi sebagai alat deteksi terhadap mangsa dari bawah, dan mata yang diadaptasikan untuk melihat, baik di udara maupun di dalam air (Kutschera, 2005). 

Ikan terbang memiliki sisik sikloid yang mudah lepas.  Tidak mempunyai sirip berjari-jari keras, sirip punggung dan sirip dubur letaknya jauh ke belakang tubuh.  Sirip perut abdominal berukuran panjang mencapai pangkal depan dasar sirip anal. Sirip dada panjang, selalu mencapai pangkal sirip punggung.  Kedua sirip dada yang panjang tersebut diadaptasikan sebagai sayap untuk terbang melayang keluar dari permukaan air ke udara sejauh 200 m bahkan lebih untuk menghindari predator atau suatu mekanisme penghematan energi (Kutschera, 2005).  Sirip ekor bercabang dua dengan cabang bawah lebih panjang dari bagian atas  (Parin, 1999; Bigelow dan Schroeder, 2002). 

Distribusi
Biasanya perikanan ikan terbang lebih melimpah di perairan yang mempunyai salinitas tinggi.  Yahya et al. (2001) telah meneliti hubungan antara faktor oseanografi dan hasil tangkapan ikan terbang di Selat Makassar.  Mereka mengatakan bahwa sebaran salinitas permukaan laut tertinggi di Selat Makassar terjadi pada Musim Timur dengan kisaran antara 33,20 – 33,69 o/oo, diduga karena adanya massa air yang bersalinitas tinggi masuk dari Laut Flores dan Laut Banda hingga awal peralihan Musim Timur ke Musim Barat.

Telur Ikan Terbang 
Telur ikan terbang (Flyingfish Roe) atau biasa juga disebut "tobiko" merupakan komoditas eksport. Eksploitasi telur ikan terbang sangat mempengaruhi stok perikanan ikan terbang. Dalam dua tahun terakhir terjadi penurunan tangkapan ikan terbang di wilayah perairan Sulawesi Selatan. Pada 2009 misalnya, jumlah tangkapan mencapai 321,3 ton. Sementara pada 2010 jumlah menurun hingga 120 ton. Kekhawatiran akan menghilangnya produksi telur ikan terbang sangat beralasan, karena eksploitasi telur mengakibatkan siklus hidup ikan terbang terputus. Musim penangkapan telur ikan terbang terjadi pada musim pemijahan ikannya yaitu bulan April/Mei dan September/Oktober, dan puncak pemijahan terjadi pada saat ini (Juni dan Juli).

Beberapa produk telur ikan terbang dapat diperoleh di pasaran dalam berbagai bentuk.  Ada yang dalam bentuk segar dan dapat dibeli di pasar lokal Makassar, atau sebagai acar telur ikan terbang yang tersedia di sejumlah restoran.  Sedangkan telur ikan kering dan telur ikan yang siap saji lebih diperuntukkan bagi usaha eksport.  Negara tujuan eksport telur ikan terbang yang utama adalah Jepang, Korea, dan Taiwan.  Telur ikan terbang menjadi komoditas berharga di pasar internasional. Harga telur ikan lokal saat ini Rp 300.000 per kilogram. Telur yang sudah dibersihkan dijual Rp 350.000 per kilogram untuk diekspor.

Komponen utama dari telur ikan terbang kualitas eksport adalah protein 39.3%, air 26%, dan lemak 3.1% (Hanafiah & Chumaidi, 1981).  Ini berarti protein yang terkandung dalam telur ikan terbang asal Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein telur ikan lain yang umumnya antara 25-36%.  Sebaliknya, kandungan lemak dari telur ikan terbang tergolong rendah yaitu 3.1% dibandingkan dengan rata-rata telur ikan lain (4 – 40%).  Dengan demikian telur ikan terbang dapat dikatakan makanan lezat berprotein tinggi dan rendah lemak (Syahilatua, 2009).

Standar mutu eksport Telur Ikan Terbang Kering yang diberlakukan di BPPMHP Makassar adalah sesuai Standar Nasional Indonesia yaitu:
Sesuai SNI-2027.2:2010:

Bahan baku Telur Ikan Terbang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
-          Kenampakan     : Utuh, bersih, warna kuning keemasan, cemerlang
-          Bau                        : Normal, spesifik jenis
-          Tekstur                 : Padat, kompak

Sesuai SNI-2027.1:2010:
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
a.    Sensori
Angka (1-9)
Minimal 7
b.    Cemaran mikroba
-       ALT
-       E. Coli
-       Salmonella
-       Vibrio cholerae
-       Staphylococcus aureus

Koloni/g
APM/g
Per 25 g
Per 25 g
Koloni/g

Maksimal 1.0x105
Maksimal <3
Negatif
Negatif
Maksimal 1x103
c.     Kimia
-       Kadar air
-       Kadar abu

%
%

Maksimal 20
Maksimal 0.3




Link Download


Pustaka
Bigelow, H.B. and W.C. Schroeder.  2002.  Fishes of the Gulf of Maine.  The flying fishes, family Exocoetidae.  Fishery Bulletin, 53: 172.

Dasilao, J.C., Jr., K. Sasaki, and O. Okamura.  1996.  The hemiramphid, Oxyporhamphus, is a flyingfish (Exocoetidae). Ichthyological Research, 44(2): 101-107.

Kutschera, U.  2005.  Predator-drive macroevolution in flyingfishes inferred from behavioural studies: historical controversies and a hypothesis.  Annals of the History and Phylosophy of Biology, 10: 59-77.

Nelson, J.S.  2006.  Fishes of  the World.   John Wiley and Sons, Inc. New York.  4th Edition, pp. 601.

Nontji, A.  2005.  Laut Nusantara.  Cetakan Keempat (Edisi Revisi).  Penerbit Djambatan, Jakarta.

Oxenford, H.A.  1994.  Movements of flyingfish (Hirundichthys affinis) in the Eastern Caribbean.  Bulletin of Marine Science, 54: 49-62.

Parin, N.V.  1999.  Exocoetidae, pp. 2162-2179.  In Carpenter, K.E. and V.H. Niem (eds.).  FAO Species Identification Guide for Fishery Purpose.  The Living Marine- Resources of Western Cenral Pacific.  Volume 4.  Bony Fishes (Mugilidae to Carangidae).  FAO, Rome.

Standard Names of Australian Fishes.  2006.  Series: CSIRO Marine and Atmospheric Research Paper; 9.  Australia.

Syahilatua, A.  2009.  Telur ikan terbang: Produk perikanan yang terancam.  Oseana XXXIV(2): 9-14.

Yahya, M.A., I. Jaya, R.F. Kaswadji, dan A. Hanggono.  2001.  Hubungan karakteristik laut dengan produksi hasil tangkapan ikan terbang (Cypselurus spp) di Selat Makassar.  Maritek. 1(1): 29-46.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar