Sabtu, 27 Oktober 2012

Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram biasa juga disebut pewarnaan deferensial. Adalah Christian Gram, seorang ahli bakteriologi asal Denmark, menemukan suatu pewarnaan  bertingkat yang dinamakan Pewarnaan Gram.

Pewarnaan Gram memilahkan bakteri menjadi 2 kelompk, yaitu bakteri Gram Positif dan Gram Negatif.  Bakteri Gram Positif berwarna ungu yang disebabkan oleh kompleks warna cristal  violet tetap dipertahankan meskipun diberi larutan pemucat.  Sedangkan bakteri Gram Negatif berwarna merah karena kompleks warna tersebut larut sewaktu pemberian larutan pemucat dan kemudian mengambil zat warna kedua yang berwarna merah.

Perbedaan hasil dalam pewarnaan tersebut disebabkan perbedaan struktur, terutama dinding sel kedua kelompok bakteri tersebut.

Penyebab perebdaan pewarnaan Gram dimungkinkan karena komposisi dinding sel bakteri gram positif berbeda dengan bakteri gram negatif.  Dinding sel yang lebih tebal pada bakteri gram positif menyusut oleh perlakuan alkohol karena terjadi dehidrasi, menyebabkan pori-pori dinding sel menutup sehingga mencegah larutannya kompleks zat warna ungu (cristal violet) pada langkah pemucatan.  Sedangkan bakteri gram negatif memiliki kandungan lipid yang lebih tinggi pada dinding sel; dan lipid tersebut dapat larut dalam alkohol.

untuk lebih jelasnya berikut saya sajikan langkah-langkah pewarnaan bakteri yang dilakukan oleh analis mikrobiologi BPPMHP Makassar:

Bahan dan Alat:
- Gelas preparat
- jarum ose
- biakan bakteri (umur 24 jam)
- larutan cristal violet
- larutan iodine
- larutan safranin
- aquadest
- alkohol
- spidol
- tissue (kertas hisap)
- mikroskope
- botol pijit (air mengalir)




Cara Kerja:
Buat preparat ulas dari bakteri (ambil dari TSA slant) di atas kaca preparat. Usahakan ulasan setipis mungkin. Fiksasi gelas preparat dengan cara dilewatkan di atas api (bunzen).



Warnai ulasan dengan memberi larutan cristal violet selama 1 menit, miringkan kaca preparat untuk membuang kelebihan larutan lalu cuci sebentar dengan air mengalir.


Tiriskan gelas preparat dengan memiringkan sisi-sisi yang sempit di atas kertas serap (tissue).

Beri larutan iodine selama 1 menit. cuci dengan air mengalir, miringkan kaca preparat untuk membuang kelebihan larutan lalu cuci sebentar dengan air mengalir.

Lakukan dekolorasi dengan alkohol 96%, tetes demi tetes selama 30 detik, atau hingga zat warna kristal violet tidak nampak lagi mengalir dari gelas preparat. Cuci kembali dengan air mengalir dan tiriskan.

Beri larutan safranin selama 1 menit dan cuci kembali dengan air mengalir.

Tiriskan gelas preparat, keringkan dan periksa di bawah mikroskop.




Bakteri Gram Negatif (Salmaonella) berbentuk batang


Source: 
- SNI 01-2332.2-2006. Penentuan Salmonella pada Produk Perikanan
- LUD Waluyo.2008. Teknik & Metode Dasar dalam Mikrobiologi


Senin, 03 September 2012

Pengujian FORMALIN

 Pengujian Formalin secara Semi-Kuantitatif Test-Kit di BPPMHP Makassar dilakukan sejak tahun 2009 dan telah terakreditasi pada tahun 2012 oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).  Dalam pengujian ini BPPMHP menggunakan Formaldehyde Test-Kit by Merck, sebagai berikut:








Pengujian Formalin Pada Ikan Segar/Produk Olahan


 Pengujian Formalin Pada Ikan Kering/Produk Olahan





Contoh Hasil Uji:

 Sampel Cumi Beku dari Pasar Tradisional
Kandungan Formalin: 0.1 ppm x 4 = 0.4 ppm


Sampel Ikan Kaleng
Kandungan Formalin: 0.1 ppm x 4 = 0.4 ppm


Sampel Ikan Katamba Kering asal kab.Pangkep
Kandungan Formalin = 0 ppm


Sampel Ikan Teri Kering asal Bantaeng
Kandungan Formalin: 0.1 ppm x 6 = 0.6 ppm

Apa Itu FORMALIN


Formalin adalah nama dagang dari larutan Formaldehyde dalam air dengan kadar 36-40%. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram.  Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet. 

Formalin dan metahnyl yellow merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999. 

Khusus untuk penggunaan formalin pada ikan, baik ikan asin maupun ikan segar, banyak ditemui kasus-kasus pedagang ikan yang masih menambahkan bahan tersebut ke dalam barang dagangan mereka. Tentu pihak yang dirugikan pertama kali adalah konsumen yang mengkonsumsi ikan.

Ada beberapa faktor penyebab pemberian formalin dalam ikan asin maupun segar. Pedagang pengguna formalin ini sebagian ada yang sudah tahu fungsi penggunaan formalin, tetapi tidak tahu dampak penggunaanya terhadap kesehatan. Namun ada juga yang hanya sekedar ikut-ikutan menggunakan karena dianggap merupakan bahan yang harus ditambahkan ke berbagai produk. 

Formalin sangat berbahaya bila ditambahkan ke dalam makanan, karena fungsinya yang bukan sebagai pengawet makanan. Dampak buruk formalin bagi tubuh manusia antara lain merusak saluran cerna (iritasi lambung, mual, muntah), kerusakan hati, ginjal, saraf, terganggunya organ reproduksi dan paru-paru.

Bahaya penggunaan formalin dalam produk makanan bagi kesehatan tidak dapat dirasakan secara langsung, namun penggunaan dalam kurun waktu lama sangat mengkhawatirkan. Selain ikan segar dan produk lainnya, masih banyak produk yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Penyuluhan tentang bahaya formalin dan pengenalan karakteristik ikan yang mengandung formalin amat diperlukan bagi konsumen. Selain itu, pengungkapan makanan berformalin harus ditindak lanjuti dengan penegakan hukum agar masyarakat betul-betul dapat menikmati makanan yang bebas dari bahan-bahan pengawet berbahaya.

How do we get the fish we need?


How do we get the fish we need?
Bagaimana mendapatkan ikan yang kita inginkan?


To get the fish that we need for our study, we have to mate the fish in the following way:
Untuk mendapatkan ikan yang kita inginkan dalam penelitian kita, kita harus menggabungkan dua ikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

In STEP 1, we mate a female Platyfish with a spotted side pigment pattern to a male Swordtail with no pigment pattern. The little fish that they have are called offspring. All of their offspring have spotted sides.
Tahap 1, Kita mengawinkan Platyfish betina yang memiliki spot pada sisi tubuhnya dengan Ikan Swordtail jantan yang tidak memiliki spot pada sisi tubuhnya.  Ikan yang dihasilkan dari perkawinan itu kita sebut offspring.  Semua ikan offspring yang dihasilkan memiliki spot pada sisi tubuhnya.

In STEP 2, we mate one of the male offspring with a spotted side pigment pattern to a female Swordtail with no pigment pattern. Their offspring are the four fish pictured in the diagram at on the bottom of this page. Two of the fish, the heavy spotted and the light spotted, are the fish that we study. These fish have a greater chance of getting a melanoma due to the combination of different genes that they inherit from their parents.
Tahap 2, Kita mengawinkan offspring jantan dengan spot pada sisi tubuhnya  dengan ikan Swordtail betina tanpa spot.  Offspring yang mereka hasilkan adalah keempat gambar ikan pada diagram di bawah ini.  Dua dari ikan tersebut memiliki spot yang jelas atau tebal dan memiliki spot yang tidak tebal, kedua ikan inilah yang kita teliti. Ikan ini memiliki peluang yang besar mendapatkan melanoma karena perbedaan kombinasi gen yang mereka warisi dari kedua induk mereka.




 Source:
A project of the Community Outreach and Education Program of the NIEHS Center for Research on Environmental Disease
The University of Texas M. D. Anderson Cancer Center Science Park - Research Division at Smithville

© 2005 The University of Texas M. D. Anderson Cancer Center. All Rights Reserved.