Judul : Hikmah dan Pesan Spiritual Ibadah Qurban
Oleh : Dr.H.Muh.Alhamid, S.IP.,M.Si.
Disampaikan di Lapangan Komp.Unhas Baraya Makassar
Pada 10 Dzulhijjah 1431 H (16 November 2010)
Sejak fajar menyingsing di ufuk timur tadi pagi, 10 Dzulhijjah 1431 H hingga matahari terbenam di ufuk barat pada 13 Dzulhijjah 1431 H, kita merayakan hari raya Idul Adha. Selama empat hari berturut-turut dalam suasana hari raya “Idul Akbar” yang lebih lama waktunya dibandingkan dengan hari raya Idul Fitri yang hanya berlangsung sehari penuh pada tanggal 1 Syawal.
Dalam sebuah episode perjalanan hidupnya, Nabi Ibrahim pernah diuji oleh Allah SWT, ujian itu berupa perintah menyembelih putranya Nabi Ismail melalui mimpi. Pernyataan untuk menyembelih dan kesediaan untuk disembelih, serta kesabaran seorang ibu melepaskan buah hatinya disembelih oleh suaminya sendiri, sungguh hanya sanggup dilaksanakan oleh orang yang memiliki tingkat iman dan penyerahan diri kepada Allah yang tiada taranya dan belum pernah ada tandingannya selain Siti Hajar.
Adapun sebab atau latar belakang Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS menyembelih putranya Ismail, diriwayatkan sebagai berikut:
Dikatakan bahwaNabi Ibrahim AS. sedih belum dikaruniai keturunan sebagai pewarisnya dalammenyebarkan ajaran agama tauhid. Beliau berjanji (bernazar) dalam hatinya andaikata nanti ia dianugerahi keturunan, maka ia kan melaksanakan apa saja yang diperintahkan oleh Allah padanya.
Oleh karena itu Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS. untuk menyembelih anak yang sangat disayangi untuk menguji sejauh mana daya tahan iman beliau dalam mentaati perintah Allah sesuai dengan nazarnya semula.
Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Nabi Ibrahim AS. mencintai Allah lebih dari segala-galanya. Namun setelah beliau mendapatkan putra, kecintaannya tertumpu pada anaknya, oleh karena itu Allah memberi dua opsi (pilihan) mencintai Allah atau anaknya. Justru itu sebagai ujian, maka beliau diperintahkan oleh Allah untuk mengorbankan putranya. Namun Ibrahim telah melakukan musyawarah, minta pendapat dari istrinya Hajar dan anaknya Ismail, hasilnya beliau mendapat dukungan penuh dari keduanya.
Pada kesempatan ini mari kita tempatkan secara benar arti qurban itu. Qurban bermakna usaha untuk bertakarrub, mendekatkan diri kepada Allah. Orang yang mendambakan dekat kepada Allah tentu siap memberikan apa saja yang paling dicintai pada jalan kebaikan dan kebenaran.
Ibrahim dengan mudah menunaikan perintah Allah melalui mimpi yang benar karena beliau menganut kepercayaan bahwa itulah jalan yang paling tepat untuk memelihara dan meningkatkan kedekatan kepada Allah. Ismail tanpa ragu merasa siap dan ringan menyerahkan diri, di bawah ketajaman pedang ayahnya, karena ia juga menganut kepercayaan bahwajalan ini adalah jalan untuk bertemu dengan Tuhannya.
Di masa kini, kita tidak diminta oleh Allah untuk mengorbankan anak atau orang yang paling kita cintai, kita hanya diminta sesuatu yang ringan yaitu maukah kita menyediakan hewan qurban untuk kita sembelih sebagai pernyataan ikut sunnah dan bakti keikhlasan sebagai pengikut Muhammad SAW., maka jika bukan hari ini, besok kita berqurban, jika bukan besok, Insya Allah lusa (hari Tasyrik).
Semoga Sunnah Ibrahim ini dapat kita miliki secara utuh kembali. Semoga orang seusia Ibrahim memetik pelajaran, tidak menjadi tua jompo yang tidak berguna, tetapi dihari-hari menjelang ajal makin mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Semoga para ibu-ibu tua setara Sarah dan semoga ibu-ibu muda setara Hajar mengambil pelajaran dari perempuan yang mendapat keberkahan dari Allah itu yang mencintai suami dan mengasuh anak dengan sabar, ulet dan memelihara amanah sebagai perwujudan kedekatan kepada Allah.
Semoga pemuda remaja setara Ismail dapat mengambil pelajaran menjadi pemuda harapan bangsa, cerdas, tabah dan kreatif. Menjadi pemuda yang siap berkorban demi masa depan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Demikian hikmah Khuthbah Idul Adha pagi tadi yang dapat kubagikan pada kita semua semoga bermanfaat dan menambah pemahaman kita akan arti “Berqurban”.
Maaf lahir dan Bathin
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum…Taqabbal Ya..Kariim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar