zwani.com myspace graphic comments

Sabtu, 20 November 2010

Fenomena El Nino dan La Nina


 El Nino dan La Nina adalah merupakan dinamika atmosfer dan laut yang mempengaruhi cuaca di sekitar laut Pasifik. El Nino merupakan salah satu bentuk penyimpangan iklim di Samudera Pasifik yang ditandai dengan kenaikan suhu permukaan laut di daerah katulistiwa bagian tengah dan timur. Sedangkan La Nina sebaliknya dari El Nino, terjadi saat permukaan laut di pasifik tengah dan timur suhunya lebih rendah dari biasanya pada waktu-waktu tertentu. Dan tekanan udara kawasan pasifik barat menurun yang memungkinkan terbentuknya awan. Sehingga tekanan udara di pasifik tengah dan timur tinggi, yang menghambat terbentuknya awan. Sedangkan di bagian pasifik barat tekanan udaranya rendah yaitu di Indonesia yang memudahkan terbentuknya awan cumulus nimbus, awan ini menimbulkan turun hujan lebat yang juga disertai petir. Karena sifat dari udara yang bergerak dari tekanan udara tinggi ke tekanan udara rendah. Menyebabkan udara dari pasifik tengah dan timur bergerak ke pasifik barat. Hal ini juga yang menyebabkan awan konvektif di atas pasifik tengah dan timur bergeser ke pasifik barat.

Untuk Indonesia sendiri menurut penelitian dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Departemen Kelautan dan Perikanan arus laut di perairan Indonesia sangat dinamis. Hasil pantauan satelit yang diverifikasi lewat pengukuran oseanografis di laut, ternyata memperlihatkan pola arus laut yang bergerak dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia melewati selat-selat di perairan Nusantara kita ini. . Hasil pantauan pelampung memperlihatkan bahwa massa Arlindo yang melewati Selat Makassar mencapai 9 juta meter kubik per detiknya. Massa air kemudian bergerak ke Selatan, menuju Selat Lombok. Namun, ternyata tidak semua massa air bisa langsung menerobos Selat Lombok yang sempit itu. Hanya 1,7 juta meter kubik per detik massa air dari Selat Makassar yang bisa langsung lewat. Sisanya, sebesar 7,3 juta meter kubik per detik, harus berbelok dahulu ke Timur, ke arah Laut Banda. Di sini massa air laut tadi bercampur lagi dengan massa air Samudra Pasifik yang tiba di Laut Banda lewat Laut Halmahera dan Laut Flores. Seusai berputar putar di Laut Banda, massa air tadi melanjutkan perjalanan melewati Laut Flores dan Laut Timor menuju Samudra Hindia.

Saat itu di Samudra Pasifik terjadi penurunan volume massa air yang bergerak dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia. Kosongnya massa air di wilayah perairan Indonesia tadi kemudian mendorong munculnya up welling, atau naiknya massa air dari bawah permukaan ke atas permukaan, yang juga kaya nutrien.
Oleh sebab itu, saat El Nino, justru banyak khlorofil di perairan Indonesia, utamanya di wilayah Barat Sumatera dan Selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Gambar). El Nino memang bisa mengakibatkan gagal panen, kekeringan, serta kebakaran hutan. Namun, El Nino di perairan Indonesia justru meningkatkan jumlah khlorofil dan jumlah wilayah up welling. Ini bisa berarti, saat El Nino Indonesia justru panen ikan.
Pada Juni hingga Agustus ini sesungguhnya di Indonesia telah memasuki kemarau. Namun, di beberapa wilayah masih terjadi banyak hujan yang bersifat sporadis dengan intensitas tinggi disertai angin kencang terjadi dimana-mana. Cuaca ekstrim ini merupakan dampak dari La nina atau anomali suhu muka laut yang terjadi di wilayah Indonesia dan di ekuator Pasifik.
Femonema La Nina menyebabkan cuaca ekstrim di berbagai daerah di Indonesia. Curah hujan pada Juli tahun ini di atas normal, menjadikan musim kemarau lebih basah. Data dari BMKG menunjukkan bahwa saat ini kita tengah dilanda La Nina dan pada bulan Agustus 2010 ini sedang terjadi pula pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan. Cuaca ektrim ini diduga menjadi penyebab munculnya berbagai permasalahan baru seperti meningkatnya penyakit pada manusia atau serangan penyakit pada tanaman padi dan sayuran.

Curah hujan di atas normal ini adalah gejala La Nina. La Nina adalah kondisi suhu muka laut di Samudera Pasifik di bawah normal namun perairan di Indonesia panas–di atas normal. La Nina, dapat diketahui dari nilai anomali suhu muka laut di daerah Nino (kering) yang berada di Samudera Pasifik bagian tengah. Prediksi cuaca yang diukur lewat alat ini lebih akurat. Beberapa waktu silam, BMKG memperkirakan wilayah Indonesia akan lebih panas satu derajat. Hal itu terjadi karena terdapat pergeseran hubungan suhu muka laut dan hujan

Saat ini sebagian besar wilayah perairan Indonesia masih hangat. Peningkatan suhu antara 0,5 dan 1,3 derajat celsius. Menghangatnya suhu muka laut menyebabkan tingginya penguapan sehingga banyak terbentuk awan hujan yang intensif. Kondisi ini terpantau sejak bulan Juni. Pengaruh El Nino atau menghangatnya suhu muka laut di sebelah timur ekuator Pasifik yang terjadi sejak medio tahun lalu sekarang tidak terpantau lagi. Suhu muka laut saat ini dalam kondisi normal. Proses penurunan suhu telah terlihat sejak Februari. El Nino meluruh sekitar akhir Mei dan awal Juni, bahkan sekarang ada kecenderungan La Nina. Kebalikan dengan El Nino, saat fenomena La Nina, suhu muka laut di barat wilayah khatulistiwa Pasifik mendingin.
Mendinginnya suhu muka laut menimbulkan tekanan udara yang tinggi. Sebaliknya, Indonesia yang berada di timur Pasifik mengalami tekanan udara yang rendah akibat menghangatnya suhu muka laut di sekitarnya. Kondisi ini menyebabkan massa udara dari barat Pasifik tengah masuk ke wilayah Indonesia sehingga terjadi konvergensi massa udara yang intensif. Kecenderungan ini telah terjadi sejak masa awal kemarau. Wilayah yang akan mengalami cukup hujan adalah Kalimantan Barat, bagian utara Kalimantan Tengah, dan wilayah selatan Kalimantan Timur. Curah hujan yang memadai dialami Sulawesi Tenggara, sebagian Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara. Kecukupan hujan juga akan terjadi di Maluku bagian tengah, seperti Pulau Ambon dan Pulau Seram, Papua bagian tengah, dan Irian Barat bagian selatan. Di Jawa masih akan terjadi curah hujan sporadis dengan intensitas tinggi, tetapi berlangsung singkat. Adapun wilayah di Sumatera yang akan mengalami cuaca yang sama, antara lain, adalah Sumatera bagian utara dan Bangka atau Pekan Baru bagian utara, sedangkan yang mulai kurang hujan adalah Bengkulu dan Lampung.. Diperkirakan, musim kemarau hingga Juli masih cenderung basah. Untuk mengetahui kondisi musim pada Agustus dan berikutnya, harus dipantau kecenderungan gejala La Nina, menguat atau melemah. Bila menguat, Indonesia akan mengalami musim kemarau basah.

Cuaca di tahun ini adalah yang teresktrim sejak 1998, bahkan lebih aneh dan lebih ekstrim dari tahun 1998. Suhu muka air laut meningkat mempercepat terjadinya penguapan yang membentuk awan hujan. Sehingga hujan terus menerus terjadi di berbagai daerah. Cuaca ekstrim bukan hanya terjadi di Indonesia melainkan di seluruh dunia. Seperti yang kita lihat di Pakistan, banjir besar yang disebabkan curah hujan yang sangat tinggi telah mengakibatkan jutaan orang mengungsi dan tercatat 1.600 jiwa menjadi korbannya. Sementara di Rusia, gelombang panas yang melebihi batas normal dengan suhu 38 derajat celcius telah menewaskan 700 orang per hari. Mereka mengatakan bahwa gelombang panas ini adalah yang terburuk selama 1.000 tahun terakhir. Seharusnya pada bulan Juli sudah memasuki musim kemarau. Namun munculnya fenomena La Nina membuat kemarau tahun ini bersifat basah. Pada musim kemarau ini justru terjadi hujan.

Karena pengaruh La Nina maka sifat hujannya di atas normal, mencapai 200 – 300 milimeter (mm) sehingga dikatakan terjadinya cuaca ekstrim. Padahal pada musim kemarau normnalnya pada kisaran 100 – 200 mm. Saat sekarang ini terjadi penyimpangan cuaca di mana pada musim kemarau curah hujannya di atas normal. Dalam kondisi seperti sekarang ini tingkat kelembapan udaranya cukup tinggi, kondisi demikian perlu diwaspadai sebab cuaca demikian berpengaruh terhadap manusia dan tumbuhan.

Curah hujan yang terjadi di wilayah Indonesia, khususnya Sulawesi Selatan, saat ini sangat dipengaruhi fenomena La Nina. Fenomena alam ini menyebabkan Indonesia yang merupakan negara tropis akan terus diguyur hujan. Diperkirakan fenomena La Nina akan berlangsung dominan hingga April 2011. Untuk wilayah Sulawesi Selatan selama periode tersebut curah hujan akan berlangsung intensif. 

Kondisi langit dengan awan tebal di atas Paotere, 
Kamis, 11 November 2010

Menurut Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah IV Makassar, Etik Setyaningrum, fenomena berupa penghangatan suhu permukaan laut sebesar 0,5oC hingga 2oC. Kondisi ini mengakibatkan penguatan aliran udara dari Pasifik Tengah ke Pasifik Barat atau Indonesia. “Dengan fenomena La Nina ini, selain akan terus diguyur hujan, Sulawesi Selatan pun akan mengalami kerentanan, seperti rentan pangan dan ekosistem,” jelas Etik Setyaningrum, Kamis, 11 November 2010.

Dari berbagai sumber :
- Badan Riset dan Observasi Kelautan BROK
- Oseanografi’s blog’s
- Arlindo BRKP DKP
- Fajar Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar